Selasa, 17 Agustus 2010
Rezeki Gak Akan Ketuker!
Semua orang akan sangat bangganya untuk memamerkan kantor dan jabatan yang tertulis di kartu namanya, dengan bangganya mereka akan mengenalkan pacarnya karena pacarnya adalah seorang anak band atau apalah..Tapi tidak demikian kalau tidak sesuai dengan harapan. Apa iya mereka akan pamer?? Tapi menurut saya pamer itu wajar. Bagaimanapun semua yang ingin kita capai akan melewati proses, entah mudah atau tidak. Dan ketika proses itu membuahkan sebuah hasil, salah satu kepuasannya adalah membagi kabar gembira kepada teman, keluarga, kekasih atau bahkan musuh sekalipun. Ini merupakan sebuah pembuktian diri kalau kita bisa mendapatkan yang lebih baik.
Seperti salah satu teman saya, dia harus resign dari kantornya dengan cara yang menurutnya tidak adil. Setelah mendengar ceritanya, saya pun setuju, Teman saya menanyakan alasan yang membuat dia harus resign dan si BOS dengan mudahnya berkata “Ya, udah nggak bisa aja!!pokoknya gwe udah gak bisa pake lo lagi”. Padahal menurut saya hasil kerja teman saya itu bagus, dia bisa menyelesaikan deadline, dia sering meng-handle beberapa pekerjaan teman sekantornya, dan hubungan dia dengan relasi kerja baik. Tapi si Bos tidak bisa memberikan alasannya yang kuat. Nggak adil? Memang… Kalau saya ada di posisi teman saya, saya juga sangat menolak keras untuk menandatangani surat PHKSP (surat pemutusan hubungan kerja secara paksa). Apalagi tidak ada pemberitahuan sebelumnya. Seperti gledek di siang bolong. Kalau si BOS udah bilang nggak ya nggak gak ada excuse lain.
Iri jadi BOS, mungkin ini adalah salah satu alasan kenapa banyak orang kepingin jadi BOS. Bisa memutuskan semuanya sendiri tanpa perlu pusing ini itu. Yah semoga tidak berlaku untuk semua BOS. Sayang waktu saya kecil saya belum tahu ada pekerjaan jadi BOS. Dulu yang saya tahu hanya pilot, polisi, dokter, astronot, guru, dan pengantar rol film (hanya untuk si Joni yang punya janji). Belum ada yang menjawab mau jadi BOS ketika besar nanti..
Banyak yang keringat dingin menghadapi BOS, kesal dengan kelakuan BOS yang kadang seenaknya menambah jobdesc, banyak yang bingung harus menjawab apa kalau ditanya ini itu sama si BOS, bahkan yang paling mahfum adalah tidak bisa menolak ketika diberi “bonus” tambahan disaat detik-detik terakhir jam pulang kantor. Ya sudahlah, susah juga buat ngelawan BOS. Ini adalah konsekuensi jadi karyawan. Menerima dengan lapang dada keputusan yang ditentukan oleh si BOS. Tinggal bagaimana kita bisa terima itu dan deal dengan situasi. Saya sendiri tidak punya jurus jitu untuk menghadapai BOS. Kadang saya menyikapi dengan senyum dan menjawab “iya” supaya tidak kena marah dan cepat keluar dari ruangan si BOS.
“Sabar yah, pasti bakal ada rejeki baru, bakal ada kantor baru yang lebih baik, Tuhan punya rencana baik buat lo ke depannya”
Mendengar kalimat di atas, rasanya seperti mendengar buku panduan. Beberapa teman akan menjawab sama, mungkin mereka meng-copy paste, atau bingung harus mencari kalimat yang pas. Tapi itu hal kecil yang dibutuhkan ketika kita jatuh. Nasihat, dorongan, dan support dari orang terdekat menjadi obat ampuh seketika. Ternyata masih ada yang rela mendengarkan keluhan, masih ada yang mau mengajak kita tertawa. Saya yakin Tuhan tidak akan pernah tidur, pasti akan ada sesuatu yang direncanakan. Saya yakin ada hadiah manis yang sedang dibungkus Tuhan dan akan diberikan di waktu yang tepat, karena Tuhan gak mau spoiler.
Saya inget guyonan salah seorang teman yang berkata, “Rejeki tuh gak akan pernah ketuker lagi, emang sendal jepit bisa ketuker.” Saya sempat bingung korelasi antara rejeki dan sendal jepit. Well, itu cukup menggelitik saya. Saya tersenyum dan berharap semoga rejeki saya seperti sendal Birkenstock yang mudah-mudahan gak akan ketuker sama sendal jepit swallow.
Bagi saya mungkin bukan karena kehilangannya tapi lebih kepada caranya. Kalau alasannya tepat dan ada pemberitahuan jauh-jauh hari semuanya akan bisa diterima dan lebih ada persiapan. Persiapan untuk punya pekerjaan baru dan tidak perlu merasa luntang-lantung karena bingung harus membayar semua tagihan yang datang rutin tiap bulan..Apa iya si kartu ajaib itu akan mengerti? Tentu tidak.
Ketika semuanya sudah terjadi dan tidak sesuai harapan, Saya hanya bisa menghibur diri sendiri dengan mengatakan “jangan pernah takut, pasti gwe bisa lewatin.” Ya, berusaha untuk meyakinkan diri sendiri.
Kalau beberapa orang mengatakan hidup itu seperti roda, menurut saya lebih pas kalau dibilang seperti bianglala. Rasanya campur aduk. Mulai dari deg-degan, senang, takut. Semuanya saya rasakan ketika saya naik bianglala sewaktu kecil. Saya menangis karena saya takut ketinggian, karena saya berpikir pasti sakit rasanya jatuh dari ketinggian beberapa meter. Tapi setelah bianglala itu berputar dan terus berputar, saya lupa kalau saya baru saja menangis. Tangisan saya hilang sekejap. Saya sangat menikmati si Bianglala ini. Pada saat saya di bawah saya bisa melihat ke atas dan pada saat saya di atas saya melihat lebih tinggi ke atas. Ternyata saya disadarkan bahwa semuanya itu berputar. Tidak melulu berada di atas tapi bisa berada di bawah. Memang senang rasanya berada di atas merasakan kencangnya angin dan bisa melihat apa pun dari atas. Seakan seperti punya kuasa atas apa pun. Ketika saya sampai di bawah, saya bisa melambaikan tangan untuk menyapa Ibu yang menunggu saya. Lambaian tangan saya dibalas dengan sebuah senyuman dibalas oleh Ibu. Di sana saya merasakan bahwa Ibu tahu bagaimana kesenangan yang saya rasakan. Saya yakin bahwa Ibu akan selalu ada ketika saya di atas ataupun di bawah. Beliau hanya mengingatkan saya untuk selalu berhati-hati. Ketika saya jatuh ibu tetap tersenyum untuk saya dan dia tidak akan membiarkan saya merasakan sakitnya sendiri. Dengan kasih sayangnya, Beliau membantu saya untuk bangkit kembali. Tidak ada seorang ibu yang mau melihat anak yang disayanginya jatuh, mereka pasti akan senang melihat anak kesayangannya berdiri tegak dan bisa melewati semuanya.
Saya belajar satu hal, bagaimana kita harus bersyukur dalam berbagai situasi. Saya bersyukur dengan rejeki yang diberikan oleh Tuhan, dengan baiknya Tuhan memberikan kemurahan rezekinya kepada saya. Saya juga bersyukur memiliki banyak sahabat dan keluarga yang peduli dan menyayangi saya. Mungkin Tuhan sedikit menyadarkan saya untuk menjadi manusia yang lebih bersyukur lagi. Dan untuk ibu, terimakasih untuk rasa sayangnya. Saya selalu ingat ibu pernah bilang “Tuhan nggak pernah salah ngasih rezeki, rezeki nggak akan pernah ketuker” (BRAM)
Senin, 28 Juni 2010
5 ways to keep the cost down on your letterpress wedding invitations
1) 1-color designs
It's surprising how 1-color letterpress invitations can turn out to be as equally impressive as 2 or 3 color designs. Letterpress is a lot about texture and retains its rich, luxurious feel regardless of the number of colors. Colored envelopes or belly-bands can be used to brighten up and add contrast to the rest of the set.
2) Reply postcards
Reply postcards are a great way to save on costs and reduce bulk at the same time. Since there is no need for printed reply envelopes, the savings is substantial. Even better, a reply postcard requires less postage.
3) Unprinted envelopes
For brides who do not mind a little extra work, ordering unprinted envelopes is a huge cost savings. Instead of having your address letterpress printed onto the envelopes, you can handwrite your own address for a personal touch.
4) Mix and match
Just because you send out a letterpress invitation doesn’t mean that all of your wedding stationery needs to be letterpressed. Since the invitation is usually a keepsake, most brides prefer to have only their invitation set letterpressed and all other items digitally printed. This means paying a lot less for your place cards, escort cards, programs, menus, and more.
5) Quantity
With letterpress printing, the initial run is the most time consuming, and therefore, costs the most. The larger your guest list, the more you save. For weddings with a large number of invitees, letterpress invitations can be surprisingly affordable.
Senin, 21 Juni 2010
shortcut will never work
Seperti malam-malam sebelumya, roti bakar menjadi pilihan saya untuk mengganjal lapar di tengah malam. Biasanya roti bakar pesanan saya akan ditemani sahabat baiknya si teh manis hangat di kedai kopi favorit saya.
Malam itu, suasana kedai kopi tidak seperti biasanya yang ramai oleh penghuni tengah malam. Saya tidak menemukan mereka yang bercerita tentang si pelanggan yang rewel, atau mereka yang bergossip hangat tentang teman sekantor atau bahkan mereka yang bergerombol namun terlihat sibuk masing-masing dengan perangkat blackberry-nya. Malam ini, saya merasa mungkin saya yang tidur terlarut malam atau mereka yang sudah tertidur pulas mengakhiri hari ini.
Tidak lama kemudian, masuk dua perempuan dan mengambil tempat di meja seberang saya. Sebut saja, perempuan pertama bernama Mala sebagai si pencerita dan perempuan kedua bernama Shinta, sebagai pendengar yang baik.
“Shin, jadi gue harus gimana?” Ujar Mala dengan nada bingung.
“Sekarang pilihannya ada di elo. Sebelumnya ‘kan elo tau kalau dia udah punya pacar dan elo sendiri yang bilang kalau nggak akan bermasalah ngejalanin hubungan yang kayak begini” jawab Shinta sambil menghembuskan Dunhill menthol-nya.
“Iya iya, gue tau. Awalnya gue emang gak pernah mau ambil pusing buat ini, tapi lama-lama kok hati gw ikut campur ya? Gue pengennya dia buat gw aja, bukan dibagi dua sama pacarnya itu!” Mala dengan nada yang sedikit emosi.
“Darling, kenapa elo jadi egois? Mal, lo sempet mikiran nggak, gimana dulunya si pacarnya ini berusaha buat ngedapetin dia? Atau usahanya dia buat ngedapetin pacarnya ini? Siapa yang tau kalau prosesnya panjang dan gak gampang? Iya gak?”
“Shin, gue gak peduli! Gue cuma mau dia buat gue! Apa to the point aja, gue rebut dia langsung dari pacarnya??” Ujar Mala dengan nada yang semakin tinggi.
“Honey, shortcut will never work! Hari gini semua pake proses. Termasuk cinta. Kalo elo mau yang karbitan mah banyak. Mangga aja sekarang bisa di karbit. Tapi masalahnya, yang mateng dari pohon, rasa manisnya lebih alami” Jawab Shinta dengan santai.
“Kok jadi mangga sih? Emang ada cinta simanalagi atau cinta harum manis? Kalo orangnya kayak dia, gue yakin, pake cara apapun, manisnya tetap akan sama.” Tegas Mala meyakinkan Shinta.
“Mala… Mala, dimana-mana mangga luarnya sama. Keliatannya semua manis, tapi siapa yang tahu kalau isi dalemnya sama manisnya? Sama lah kayak hati, mana ada yang bisa nebak isinya kalo cuma dilihat dari luar? Emang elo yakin kalau si laki-laki pujaan lo ini rasa manisnya ke elo juga sama kayak rasa manisnya dia ke pacarnya? Siapa yang jamin?” tanya Shinta yang membuat Mala sedikit tertegun.
Kedua perempuan tadi semakin larut dalam obrolan cinta karbitan. Semoga mereka tidak membahas cerita cinta versi pisang atau jambu. Saya pun kembali menyantap pesanan roti bakar saya yang agak gosong. Agak pahit memang rasanya. Namun setelah saya meneguk teh manis hangat, rasa pahit dan manis itu bukan lagi beradu tapi mereka saling menggantikan. Pahit gosong si roti digantikan manisnya teh hangat. Mungkin seperti kisah cinta karbitan seperti yang diceritakan dua perempuan tadi. Awal cerita yang pahit memang menyakitkan. Namun siapa yang tahu setelah menjalankan serangkaian proses, justru rasa manislah yang akan dirasakan ketika kita sudah mendapatkan hasilnya. And yes, we do deserve to have our own happy ending! (BRAM)
Kamis, 17 Juni 2010
malu-malu kucing
kita pun memesan menu makan siang masing-masing dan duduk sambil membakar sebatang rokok menunggu hidangan tiba..
"liat tuh bram cowok disebelah sana..matanya jelalatan juga, Kayak kucing yah. Malu-malu tapi tetep usaha."
mata saya pun langsung tertuju pada pria yang duduk sendiri disebelah ujung yang persis berhadapan dengan 4 wanita berparas cantik...
"..... benar ku mencintai mu, tapi tak begini"
samar-samar terdengar alunan lagu anang feat syahrini.
"iya loh bener, gwe sering merhatiin kucing2 di depan warung rumah gwe. lo perhatiin deh, kucing kan gitu..apalagi klo lagi "pengen" nguber teruss. Udah tau cewekny gak mau dia tetep maksa. Tapi giliran gwe usir si cowoknya eh yang cewek nyariin trus nungguin.."
"gwe ngeliatnya itu ilmu bram...yang bisa gwe pelajarin. karena biar gimana pun cowok itu emang harus ngejar si cewek. nah klo ceweknya masih gengsi dan gak mau sm lo berarti ilmunya lo blom dapet"
"menurut gwe, ilmu kucing itu bisa diterapin sama kehidupan kita bram..tapi kehidupan positifnya yah bram jangan cuma jempol lo selipin"
hahahaha...
"sekarang banyak cowok yang usianya 50 bisa dapet cewek yang usianya 20, tapi jarang cewek 50 yang bisa dapet cowok 20"
saya : "mungkin nggak karena faktor u (jelas uang bukan umur)"
"gak fair klo lo bilang faktor u, bnyk juga umur 30 yang udah mapan, yang ganteng, yang bisa disaingin sama si umur 50, tapi kenapa si cewek umur 20 ini bisa lebih milih yang umur 50"
"gwe sih yakin si cowok umur 50 ini udah bisa nerapin ilmu malu-malu kucingnya di kehidupannya dia"
"dia kejar terus sampe dia bisa dapet si cewek ini"
"klo gwe bilang ilmu si kucing itu berlaku banget buat gwe, gwe selalu mengejar tiap pasangan yg mau gwe dapetin..tapi bram, yg tau kapasitas diri lo ya lo sendiri. jangan sampe lo ngejar pasangan lo dalam waktu 2 tahun dan lo gak dapet2. Bukan nyesel karena gak dapetin dia tapi lebih menyayangkan dalam waktu itu lo hanya mengenal 1 pribadi aja. harusnya lo bisa mengenal lebih dari 1 pribadi"
jadi gimana bram..
udah dapet blom ilmu malu-malu kucingnya??
Selasa, 27 April 2010
3 idiots
Sabtu, 24 April 2010
sebuah kisah klasik
"Jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kali
Kita berbincang tentang memori di masa itu
Peluk tubuhku usapkan juga air mataku
Kita terharu seakan tidak bertemu lagi
Bersenang-senanglah
Kar'na hari ini yang 'kan kita rindukan
Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan
Bersenang-senanglah
Kar'na waktu ini yang 'kan kita banggakan di hari tua
Sampai jumpa kawanku
S'moga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan
Sampai jumpa kawanku
S'moga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan
Bersenang-senanglah
Kar'na hari ini yang 'kan kita rindukan
Di hari nanti...
Mungkin diriku masih ingin bersama kalian
Mungkin jiwaku masih haus sanjungan kalian"
kurang lebih begitulah lirik yang dibawakannya..
Senin, 19 April 2010
Janda Janda Kosmopolitan
Menikah Instan, instant pula bercerai…
Rossa, Janda di usia muda dengan satu orang anak perempuan memiliki sahabat Inge dan Dilla yang hidup dalam hingar bingar gemerlap kota Metropolitan. Mereka sama-sama menutupi pahitnya kehidupan dibalik kemewahan, gaun, tas dan sepatu bermerek juga polesan make up mahal.
Masalah datang dan pergi, dicintai dan diacuhkan, dirindukan dan diremehkan. Hari-hari begitu sepi dan malam dingin dilewatkannya begitu saja tanpa kehangatan lelaki yang dicintainya..
Kehidupan Rossa terbantu dengan keberadaan sosok Nunung, Pembantu modern yang trendi dan sexy juga janda. Persamaan nasib yang membuat mereka menjadi akrab, saling bertukar cerita dan saling memahami. Bagaimana Rossa melewati hari-harinya bersama Nunung, dalam perbedaan status yang mereka miliki?
Sampai pada akhirnya Rossa dihadapkan pada pilihan pasangan hidup, apakah seorang pengusaha kaya raya yang menghadiahinya cincin Bvlgari atau lelaki muda, yang juga pacar keponakannya sendiri yang berhasil memikat hatinya dengan seikat mawar?
Bagaimana mereka menghadapi situasi kehidupan dengan menyandang predikat janda?apakah mereka tetap bahagia atas kesendirian dan kesenangannya atau malah mereka merasa diremehkan dan diolok-olok?...
However for any heavy problems, two legs are good but four legs are better…(BRAM)